ISTRI GUBERNUR JAWA BARAT MENGHADIRI PERAYAAN
HUT YPAC BANDUNG KE 58
BANDUNG – Istri Gubernur Jawa Barat Atalia Praratya Kamil menghadiri perayaan HUT Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bandung ke 58. Perayaan HUT YPAC Bandung ke 58 kali ini bertemakan “ Mari Kita Wujudkan Optimalisasi Peran YPAC Bandung Dalam Memandirikan Penyandang Disabilitas” di Sekolah Luar Biasa Bagian D YPAC Kota Bandung, Kamis (4/10/18). Tema tersebut dipilih karena ingin meningkatkan layanan yang seluas-luasnya bagi kemandirian siswa SLB D YPAC Bandung khususnya pada penyandang disabilitas pada umumnya. Selain itu pada Perayaan HUT YPAC Bandung ke 58, YPAC mengundang perusahaan-perusahaan, dunia usaha dan industri, instansi pemerintah maupun swasta, lembaga pendidikan dan non pendidikan, serta penguatan kerjasama yang permanen.
Menurut Atalia, kehadiran YPAC dinilai sangat penting untuk menandakan adanya kemandirian bagi kaum disabilitas agar tumbuh rasa kepercayaan dirinya. Sehingga diharapkan YPAC dapat mendorong organisasi-organisasi lain untuk berpartisipasi dan peduli akan kaum disabilitas. “Saya berkeliling di Jawa Barat, ternyata masih banyak dilihat anak-anak disabilitas yang dikerem di rumah,” ungkap Atalia. “Maka yang sangat perlu didorong yaitu pendataan. Karena data yang valid sampai saat ini sangat sulit didapat,” lanjutnya.
Maka melalui pihak terkait (Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan) diharapkan bisa menghimpun database agar kaum disabilitas terdata dengan baik. Sehingga program dan peluang apa yang akan diberikan pemerintah pada anak-anak disabilitas dapat tersalurkan demi tumbuh kembang optimal.
“Nantinya akan masuk pelosok-pelosok untuk membina dan mengajak para orangtua untuk tidak malu memperkenalkan kaum disabilitas ini untuk didorong semaksimal mungkin lebih mandiri dari keadaannya sekarang,” sarannya.
Ketua Pembina YPAC Prof. Dr. Kusnandi Rusmil menuturkan YPAC terbangun karena adanya kepedulian pada anak-anak disabilitas. Didasarkan pada UU Perlindungan Anak, disebutkan bahwa setiap anak tidak boleh didiskriminasi baik anak normal maupun tidak. Sehingga kita usahakan apa yang terbaik untuk anak normal dan tidak normal harus dilindungi.
Untuk anak berkebutuhan khusus, ungkap Kusnandi, haknya dinyatakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada pertemuan di Geneva. Negara peserta mengakui hak-hak untuk anak-anak disabilitas menikmati secara penuh kehidupannya.
“Artinya untuk meningkatkan martabat, kepercayaan diri, partisipasi aktif di masyarakat dan pelayanan sekolah, mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan,” urai Kusnandi.
(dikutip dari www.balebandung.com)